Pernyataan Muhidin Said Soal Sigi Disorot, Irwan Lapatta : Objektif Nilai Perkembangan Daerah

FOTO : Bupati Sigi dua periode (2016-2025) : Mohamad Irwan Lapatta, di kediamannya, Sabtu malam, 10 Mei 2025. (Dok/SM)

SIGI, Sararamedia.id - Bupati Sigi terdahulu Mohamad Irwan Lapatta, menyampaikan tanggapan atas pernyataan Anggota DPR RI Dapil Sulawesi Tengah, Muhidin Mohamad Said, yang menyebut Kabupaten Sigi mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir.

Pernyataan tersebut diungkapkan Muhidin saat melakukan reses di Aula Kantor Bupati Sigi, Kamis, 27 Maret 2025 lalu.

Irwan mengaku sempat mendengar kutipan tersebut dan merasa perlu memberikan penjelasan agar tidak terjadi salah persepsi, terlebih karena hal itu bisa saja dikaitkan dengan masa kepemimpinannya selama dua periode 2016-2025. Meski demikian, Irwan menegaskan dirinya tidak menutup diri terhadap kritik. 

``Saya sangat terbuka terhadap masukan. Kritik adalah bagian dari proses perbaikan. Namun, tentu saja akan lebih konstruktif bila disertai dengan data dan analisis yang seimbang,`` kata Irwan, dikediamannya Sabtu (10/5/2025) malam.

Ia menekankan bahwa menilai kemajuan suatu daerah harus berdasarkan data objektif dan pemahaman menyeluruh terhadap kondisi riil di lapangan, terlebih setelah Sigi dihantam bencana besar pada 2018.

``Membangun kembali dari kondisi pascabencana bukan pekerjaan ringan. Infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, rumah warga, hingga sistem air bersih rusak parah. Dalam situasi itu, kami bekerja keras agar Sigi bisa bangkit,`` jelasnya.

Irwan juga menyoroti capaian tata kelola keuangan daerah selama ia menjabat. 

``Ketika saya memulai tugas, opini laporan keuangan kita masih WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Dua tahun berikutnya sudah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), dan alhamdulillah capaian itu dapat dipertahankan hingga kini. Ini fakta, bukan asumsi,`` tegasnya.

Meskipun fiskal daerah terbatas, lanjut Irwan, pemerintah daerah kala itu tetap aktif menjalin sinergi dengan pemerintah pusat dan provinsi guna mengakses berbagai sumber pembiayaan, seperti DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DAU (Dana Alokasi Umum), termasuk bantuan lintas lembaga.

``Contoh nyata adalah peningkatan jalan Jono Oge di Kecamatan Sigi Biromaru, Sibalaya Kecamatan Tanambulava, kemudian Baliase Marawola yang sebelumnya rusak berat selama bertahun-tahun, kini telah baik berkat upaya komunikasi lintas sektor. Itu bukan sekedar program, tapi hasil perjuangan,`` ucapnya.

Menanggapi pernyataan Muhidin, Irwan menganggapnya tidak selaras dengan fakta di lapangan. 

``Pak Muhidin juga pernah menyalurkan dana aspirasi ke Sigi. Kalau dikatakan tidak ada kemajuan, apakah itu berarti programnya juga tidak berhasil?,`` sindirnya halus.

Lebih lanjut, Irwan memaparkan sejumlah program pembangunan yang telah dijalankan, seperti verifikasi dan pembangunan rumah bagi korban bencana, pembangunan hunian tetap (huntap) bagi lebih dari seribu kepala keluarga, serta kemitraan dengan NGO Internasional.

Dalam sektor ekonomi, menurutnya, kehadiran ruang-ruang publik seperti Taman Taiganja Kalukubula, Asmaul Husna Marawola dan Waterboom Kabobona turut memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar, utamanya pada saat digelar kegiatan besar.

``Taiganja dulu hanya lahan kosong dengan beberapa gubuk. Sekarang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat,`` ujarnya.

Di bidang pendidikan dan pengembangan SDM, Irwan menyebut adanya beasiswa untuk siswa kurang mampu, pengiriman santri ke berbagai pesantren, hingga program pembinaan pelajar ke luar negeri untuk penguatan karakter dan pencegahan radikalisme.

``Program satu dokter satu kecamatan juga sudah berjalan selama empat tahun. Selain itu, kami fasilitasi putra-putri terbaik dari keluarga tidak mampu untuk menempuh pendidikan di sekolah Taruna, semua biaya ditanggung,`` ungkapnya.

Untuk sektor kesehatan, Irwan menyebut keberhasilan transformasi dari sistem SKTM ke Kartu Masagena, yang kemudian terintegrasi ke DTKS agar lebih tepat sasaran. Bahkan, dana sebesar Rp.6 miliar dititipkan langsung ke rumah sakit untuk pembelian obat-obatan bagi warga tidak mampu.

``Kita juga memulai model layanan kesehatan seperti program Bapak Gubernur Anwar Hafid yaitu BERANI SEHAT, berobat gratis cukup dengan KTP,`` tambahnya.

Di sektor pertanian, Irwan bangga karena Sigi kini dikenal sebagai sentra durian, kakao, kopi, dan komoditas hortikultura lainnya. 

``Dulu durian Sigi tidak dikenal. Sekarang sudah jadi komoditas unggulan bahkan diekspor ke luar daerah. Ditambah lagi daerah alamnya terjaga, kami tak inginkan adanya penambangan ilegal di Sigi,`` tuturnya.

Irwan juga mengaku prihatin jika pernyataan Muhidin justru melemahkan semangat masyarakat dan pemerintah daerah yang telah berjuang bersama dalam pembangunan.

``Gedung Kantor Bupati Sigi misalnya, kami perjuangkan langsung ke Satgas PUPR. Tanpa dana APBD, kami berhasil mendapatkan dukungan anggaran Rp.40 miliar, dan kini sudah berdiri megah serta difungsikan,`` paparnya.

Sebagai penutup, Irwan menekankan bahwa capaian pembangunan adalah hasil kerja kolektif, bukan semata-mata kerja kepala daerah. Karena itu, ia meminta agar setiap pernyataan dikaji berdasarkan data yang valid, bukan sekadar opini.

``Kalau ada yang mengatakan Sigi mundur, tunjukkan dengan data. Dari sisi mana? Pendidikan, keuangan, kesehatan, atau apa? Jangan hanya menyampaikan asumsi tanpa dasar``. pungkasnya. (***)


Comment As:

Comment (0)