Mandat Muda PSI Sigi: Dua Kursi Realistis, Tiga Kursi Kejutan

Oleh: Aril (Ari Loru)

Di warung kopi, politik tak pernah sekadar obrolan santai. Dari kepulan asap rokok hingga denting sendok yang beradu dengan gelas, selalu ada hitung-hitungan serius yang dibicarakan. Tahun ini, angka yang jadi bahan percakapan itu melekat pada PSI dan ketuanya yang baru, Adi Kabarani Repadjori (AKR).

AKR hadir membawa energi segar. Wajah mudanya, gaya komunikasi yang cair, dan semangat berbeda membuat publik Sigi menoleh. Mereka yang jenuh dengan pola lama mulai memberi perhatian. Bahkan lawan politik pun mengakui: ada sesuatu yang sedang tumbuh dalam tubuh PSI.

Namun politik pada akhirnya selalu bermuara pada kursi. Simpatik atau populer saja tidak cukup; yang dihitung adalah suara yang benar-benar terkonversi menjadi kekuatan di parlemen. Tantangan AKR jelas: memastikan energi mudanya tidak berhenti pada tepuk tangan, tetapi berbuah angka nyata.

Hitungan konservatif di warung kopi menyebut PSI paling aman meraih satu kursi. Itu target dasar, harga mati yang tak bisa ditawar. Sebab tanpa kursi, PSI hanya akan jadi catatan kaki dalam sejarah politik lokal. Tetapi AKR tidak berhenti di situ. Ia menatap lebih jauh, mengincar dua kursi sebagai simbol kebangkitan partai.

"Kalau kerja kolektif berjalan baik, kita bisa buktikan PSI bukan sekadar partai pelengkap. Dua kursi itu target realistis," ujar AKR suatu malam di hadapan simpatisannya.

Kalimat sederhana itu cukup untuk menumbuhkan keyakinan bahwa partai ini sedang serius menapaki jalan panjang.

Di meja kopi yang sama, ada pula yang berani membisikkan angka tiga kursi. Bukan sekadar mimpi, melainkan peluang jika gelombang dukungan dari pemilih muda benar-benar dimaksimalkan. Sigi memiliki basis anak muda yang subur, dan AKR tampaknya tahu cara meraih hati mereka.

Tak heran jika lawan politik mulai waspada. Mereka sadar, satu kursi PSI bisa mengubah peta koalisi. Dua kursi bisa menjadi penentu. Dan tiga kursi? Itu akan menjadi kejutan yang bisa menggoyang kenyamanan partai-partai lama. Diam-diam, rasa segan pun mulai bergeser menjadi rasa hormat.

Yang membuat AKR berbeda bukan hanya janji, tapi cara ia bekerja. Ia tidak hanya mengandalkan baliho, melainkan turun langsung menyapa warga di pasar, di dusun, di jalan-jalan kecil. Setiap jabat tangan adalah potensi suara, setiap kunjungan adalah tambahan angka dalam hitungan politik.

Karena itu, obrolan warung kopi kini sepakat dalam satu hal: angka kursi PSI kali ini bukan lagi isapan jempol. Ada kerja nyata yang menopangnya, ada silaturahmi yang konsisten, dan ada wajah segar yang memberi alasan rakyat untuk mencoba pilihan baru.

Opini saya sederhana: di bawah kepemimpinan AKR, PSI punya peluang kuat meraih dua kursi, dengan tiga kursi sebagai kejutan manis bila gelombang dukungan benar-benar deras. Target ini tidak muluk, tapi juga tidak kecil. Cukup untuk membuat PSI naik kelas, dari penonton menjadi pemain penting.

Pada akhirnya, kursi hanyalah simbol. Lebih dari itu, ia adalah cermin kerja keras dan kepercayaan rakyat. Jika PSI berhasil menambah kursi di bawah AKR, itu berarti masyarakat Sigi memberi mandat baru: mandat segar, mandat muda, mandat perubahan.

Seperti secangkir kopi hitam di malam panjang, angka kursi PSI di era AKR akan terus jadi bahan obrolan. Kadang pahit, kadang manis, tetapi selalu menghangatkan percakapan tentang masa depan politik Sigi. Di situlah AKR diuji mampukah ia menjaga hangatnya harapan, hingga benar-benar terwujud di kursi parlemen?


Comment As:

Comment (0)