Oleh: Adi Kabarani Repadjori
Ada kesejukan yang menyentuh kulit Sigi dari setiap derap langkah pembawa obor estafet perjuangan. Saya sempat merinding ketika sejumlah capaian singkat diurai satu demi satu dalam sebuah diskusi kecil. Ada rasa penasaran yang terus menggelayut, menanti apa yang akan lahir di ujung perjalanan panjang ini.
Geraknya mengingatkan saya pada benih kecil yang menembus tanah, lalu tumbuh perlahan hingga akhirnya berdiri kokoh menyentuh cahaya. Begitulah kira-kira proses yang tengah dijalani: tidak terburu-buru, namun pasti, menyiapkan fondasi yang kelak menopang harapan ribuan orang.
Para pemikir terdahulu sering mengingatkan, langkah kecil yang konsisten jauh lebih kuat daripada sekedar diam menunggu. Jalan yang ditempuh memang tidak selalu mudah, tapi konsistensi adalah kunci yang mampu menggerakkan gerbong besar berisi 250 ribu jiwa menuju tujuan bersama.
Seperti air yang tidak menunggu langit cerah untuk mengalir, ia tetap bergerak meski di bawah hujan. Begitu pula harapan: tidak selalu datang dari langit yang terang, melainkan dari keyakinan yang terus hidup dalam dada mereka yang mau berjuang.
Catatan Sebagai Pengingat ✓
Dalam tubuh manusia ada yang disebut “gudang jiwa” wadah penampungan dari perasan pikiran dan perasaan. Ketika terlalu penuh, tumpukan itu berubah menjadi sampah yang menghambat sirkulasi, bahkan mengganggu kerja pikiran. Karena itu, kita butuh ruang untuk melepaskan, menyegarkan kembali, dan menata ulang isi gudang jiwa kita.
Kini saatnya bersama-sama kita melakukan refresh, membersihkan diri dari penat dan beban, agar siap melangkah bersama menyusuri serta menjawab tantangan di etape lima tahun ke depan. Sigi membutuhkan semangat baru, keberanian baru, dan tekad kolektif yang tidak hanya berhenti pada kata-kata, melainkan terwujud dalam langkah nyata.
Semalam dari Kota Pulu, saya melihat kilatan cahaya itu. Sebuah tanda bahwa perjalanan baru telah dimulai, dan Sigi siap menjemput masa depan yang lebih baik. (***)